Tentang Cita-Cita

 

 

SD

ketika ditanya mau jadi apa, dengan tegas saya menjawab ingin jadi Dokter. Kenapa saya ingin menjadi dokter? Entahlah. Mungkin karena cuman itu yang saya tahu.

SMP

ketika ditanya hal yang serupa, saya pun masih menjawab hal yang sama. Dokter masih menduduki posisi pertama yang bertengger di kepala saya saat itu.

SMA

kembali ditanyakan hal yang sama. Tapi tidak dengan jawaban yang sama. Sebenarnya dokter masih menjadi cita-cita saat itu, tapi dikarenakan sesuatu dan lain hal membuat saya mengurungkan cita-cita saya untuk jadi dokter.

Lalu, apa cita-cita saya setelahnya? Ingin menjadi seorang Public Relation (PR)!

Ketika SMA, saya pernah membaca sebuah artikel yang mengulas tentang Public Relation. Melihat jenis pekerjaan, gaya yang dikenakan, peluang kerja dan lain-lain yang tidak saya ingat lagi, saya tertarik untuk menjadi seorang PR atau Humas di instansi-instansi swasta. Bayangan saya kala itu begitu cantik dan kerennya menjadi seorang PR.

Disisi lain saya juga ingin menjadi seorang guru, mengingat kecintaan saya akan matematika dan IPA, saya ingin membagikan kecintaan saya kepada anak-anak lainnya yang terlanjur menganggap kalau matematika itu susah.

Kuliah

Berdasarkan cita-cita di atas, ketika SMPTN saya memilih jurusan FKIP Matematika, Ilmu Komunikasi, dan MIPA Kimia. Saya berharap agar keterima di FKIP Matematik dan menjadi guru seperti yang diinginkan oleh Bunda saya. Tapi kuasa berkata lain, saya keterima di jurusan Ilmu Komunikasi dan menempuh pendidikan selama 4 tahun pas tidak lebih tidak kurang untuk dapat menyelesaikannya. Meskipun tidak keterima di FKIP, selama kuliah saya juga menjadi guru. Guru privat bagi adek-adek yang saya ajari. 😀

Selama kuliah saya aktif di sebuah organisasi yang sering berbagi dengan anak-anak yatim dan mengajari mereka CALISTUNG. Berbagi dengan mereka, bermain bersama mereka, cita-cita saya kembali berubah, saya ingin menjadi orang yang lebih bermanfaat dan berguna bagi sesama.

2010

Setamatnya kuliah, saya mempraktekan ilmu yang saya dapatkan di kampus ke dalam dunia nyata yang disebut dunia kerja. Dan untuk mendapatkan pekerjaan saya bolak balik masuk keluar pintu perusahaan, berjuang sana sini masukin lamaran dan tes dari pagi hingga malam, naik bus damri untuk pertama kali dan merasakan nikmatnya duduk berdesakan dengan penumpang-penumpang lainnya yang beragam macam warna , bentuk muka, kulit, dan juga  bau..:D, sehingga akhirnya berlabuh kepada sebuah perusahaan berjangka dan mengadu keberuntungan lewat tes CPNS dan ndak lulus..:D

Pada saat itu, cita-cita saya cuman satu, mendapat pekerjaan dan menjalani pekerjaan saya dengan sepenuh hati.

2011-Sekarang

Kini, saya berlabuh di sebuah instansi pemerintahan dengan status sebagai tenaga kontrak terbatas yang tiap akhir tahun menderita sindrom harap-harap cemas apakah kontraknya akan diperpanjang atau tidak :D. Disini, saya ditempatkan di Sub Bidang Kepegawaian, mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan kepegawaian dan administrasi kepegawaian yang begitu kompleks dan rumit lengkap dengan masalah-masalahnya. Teman saya di Biro Kepegawaian mengatakan kalau masalah kepegawaian itu begitu banyak, kompleks dan rumit. Oleh karena itu kita harus membantu mereka dan harus ikhlas! Jangan ngomel..:)

Menekuni dunia kepegawaian, saya menjadi tertarik dengan administrasi dan ingin menjadi seorang pengadministrasi kepegawaian atau HRD jika di swasta-swasta.

Bekerja disini saya mempelajari banyak hal. Tentang dunia kerja, tentang lingkungan kerja, tentang birokrasi, tentang teman-teman yang kadang tak sejalan dan seide dengan kita, tentang obos yang selalu benar dan selalu salah di mata anak buah, tentang kesejahteraan, tentang hal-hal yang baru saya temui dan semoga bisa saya jadikan pelajaran, tentang perjalanan dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia yang saya datangi yang mungkin tak akan sanggup pergi kesana dengan biaya sendiri, tentang Jakarta yang dahulu hanya bisa dilihat di TV, dan banyak hal lagi.

Bekerja disini pula, saya mengerti dilema seorang Ibu antara karir dan keluarga. ketika mereka harus bekerja untuk menunaikan kewajibannya kepada negara dan meninggalkan anak-anak mereka yang masih tidur yang sekolah diantar oleh nenek/kakek, pengasuh, ataupun om/tante. Ketika mereka harus pergi keluar kota meninggalkan anaknya yang masih tidur dan anaknya dapati kalau ibunya tidak pulang hari itu sampai beberapa hari ke depan. Ketika anaknya sakit dan sang Ibu tidak bisa menemani karena banyaknya tugas pekerjaan yang dia miliki di kantor.

Mengingat kenyataan di atas, cita-cita saya kembali berubah. Saya tidak ingin kerja, saya ingin menjadi Ibu Rumah Tangga saja yang fokus mengurus keluarga. Menjadikankan suami dan anak-anak saya berada pada gardu paling depan dalam percaturan kehidupan. Menjadi istri yang bisa menjadi pakaian buat suami, menghangatkan di musim hujan dan meneduhkan di musim kemarau. Menjadi Ibu yang bisa membimbing dan mengarahkan anak-anaknya ke hal-hal yang baru yang akan dia lihat.

Kini?

Jika ditanya apa cita-cita saya? maka dengan tegas saya menjawab saya ingin menjadi Ibu Rumah Tangga. Mewujudkan keinginan dan mimpi-mimpi yang telah saya bangun untuk keluarga saya kelak. Dan jika  takdir berkata lain, sehingga  saya harus terus bekerja, semoga saya masih mampu menjadi Istri dan Ibu yang baik bagi suami dan anak-anak saya nantinya.

Tak lupa pula keinginan saya agar bisa berbagi dan bermanfat dengan sesama juga menjadi cita-cita yang terus saya pupuk sampai sekarang.

saya kebanyakan cita-cita yah? dan ga ada yang nyangkut lagi cita-citanya.. He..:) ga apa-apalah, da gratis ini, ga bayar. Jadi bercita-citalah. Dan wujudkanlah!

Heii..

Selamat sore..

Lama tidak menyapa teman-teman dan pembaca semua disini. Satu bulan lebih tidak menulis saya hadir kembali dengan tulisan yang tidak pernah fokus..:)

Miss u a lot!

Leave a comment